Kamis, 07 Oktober 2010

PERENCANAAN MANEJEMEN DALAM KEHIDUPAN MAHASISWA

I. PENDAHULUAN

Marilah kita panjatkan puji syukur terhadap TUHAN YME dengan segala rahmatNya.adpun materi pelajaran dipilih berdasarkan kebutuhan materi yang perlu dikembangkan agar tujuan pembelajaran yang telah digariskan dapat terpenuhi. semata-mata materi ini untuk sarana belajar dan berlatih.  


II. PERENCANAAN MANEJEMEN DALAM KEHIDUPAN MAHASISWA

Tak terasa aktifitas perkuliahan ini sudah memasuki semester ke 4 (dan umur pun semakin bertambah, wkwk). mungkin banyak diantara teman-teman mahasiswa semua yang sudah merasakan pahit, manis, sepet, asin,dan asemnya (nano-nano kali...) menjadi seorang mahasiswa. Ada yang hari-hari perkuliahannya diisi dengan hal-hal yang substansialis, tapi lebih banyak yang hanya sekedar kupu-kupu (baca : kuliah pulang2x), kunang-kunang (baca: kuliah nangkring2x), kunong-kunong (baca : kuliah nongkrong2x), atau kuman-kuman (kuliah maen2x), atau rekan-rekan pembaca punya julukan yang lain lagi mungkin??? ^_^

Bagi saya, selaku mahasiswa program paramadina social responsibility (PSR) jilid I, serasa mempunyai kewajiban moral untuk terus berkarya dan mengabdi kepada almamater tercinta paramadina. Masih selalu terngiang dan tergantung 5 cm di depan kening saya, akan perkataan yang saya ungkapkan di hadapan panitia panel pada saat interview calon penerima PSR : “jika saya diberi kesempatan untuk memperoleh beasiswa ini, bukan hanya saya saja yang beruntung mendapatkannya, tapi terlebih-lebih universitas paramadina telah sangat amat beruntung jika memilih saya menjadi salah satu penerima PSR ini”. Dan alhamdulillah, Tuhan memang selalu mempunyai rencana hebat untuk hamba-hambaNya yang selalu berprasangka baik terhadap-Nya.
Semester pertama dijalani dengan penuh semangat bak pemuda 28 pada eranya. IP meroket (cukup) tinggi layaknya awak freedom dan independence pada film Armageddon yang sangat fenomenal. Berbagai organisasi dan kegiatan kemahasiswaan saya ikuti. Berdasarkan pengalaman-pengalaman dan curhat teman-teman 1 angkatan, Mungkin bisa ditarik semacam hipotesis, bahwa hampir setiap mahasiswa baru pada awalnya memiliki spirit yang berada pada tingkatan paling tinggi selama menjadi mahasiswa. Seperti sudah menjadi hukum alam, seiring bertambahnya usia semester, semakin menurun pula kualitas dan produktifitas dari masing-masing civitas academica.

Seperti yang sudah saya rencanakan sebe;umnya, babak kedua adalah babak dimana aktifitas organisasi saya harus di genjot kencang. Prinsip mahasiswa bagi saya adalah 50 : 50 antara kuliah dan organisasi. Mungkin Karena prinsip itu ( dan saya tidak menyesali dan tidak akan pernah menyesali) indeks prestasi saya menurun. Yang tadinya tidak ada huruf selain huruf pertama pada urutan alfabethic, di semester 2 huruf kedua menjadi ikut-ikutan juga deh. T_T. banyak diantara teman-teman sekelas yang IP nya nyaris menyentuh angka 4. Meskipun begitu, saya tidak iri dengan mereka. bagi saya, prestasi tidak hanya diukur dari sisi akademik, tetapi dari kematangan dalam memecahkan masalah, dan yang paling penting yaitu pengalaman berorganisasi.

Memasuki batch ketiga (baca : semester 3). Perjalanan serasa mendaki puncak gunung, semakin berat. Pada posisi ini, saya memainkan 3 peran sekaligus. Sebagai seorang mahasiswa, pengurus/aktivis organisasi kemahasiswaan kampus dan karyawan part time sebuah perusahaan makanan (tepatnya donat) di sebuah mal mewah di kawasan taman anggrek. Keseharian menjadi seorang mahasiswa saya juga di tambah sibukkan dengan peran sebagai anak dirumah. Alhasil, nilai-nilai saya kembali menurun. Yaa walaupun turun hanya nol koma sekian, tetapi ini tetap harus saya jadikan evaluasi mendalam.

Sekarang saya sudah mencapai babak ke 4, yang artinya semakin dekat menuju sebuah ritual yang ditunggu-tunggu mahasiswa manapun dan dari latarbelakang apapun, WISUDA. Kata orang-orang, semakin tinggi tingkatan mahasiswa (maksudnya semesternya). Semakin berat pula perjuangannya. Entah dari sisi penugasan, substansi mata kuliah, maupun yang paling berat adalah melawan apa yang saya istilahkan sebagai syndrome malas. Saya sendiri sebenarnya sedikit banyak sudah terjangkit syndrome ini. Dan saya yakin setiap mahasiswa pasti pernah terjangkit syndrome ini. Yaa walaupun tidak berbahaya dari perspektif medis, tapi penyakit tersebut perlu mendapat perhatian khusus agar sebagai seorang mahasiswa tidak hanya on fire pada saat start saja, tetapi harus tetap meiliki kecepatan yang konstan sampai garis finis. 



III.PENUTUP

Berdasarkan kehidupan diatas, ternyata menjadi seorang mahasiswa itu tak selamanya enak. banyak juga asem manisnya, maka dari itu kita sebagai mahasiswa janganlah terlalu menganggap kuliah itu gampang atau enteng, marilah kita bangkit dari segala kelalaian dan jauhilah sifat pemalas.




IV. DAFTAR PUSTAKA


Andi Mulya, Widya Utama
Jakarta, 21 Januari 2001.
sumber: www.google.com