Jumat, 26 November 2010

PENERAPAN KOMUNIKASI PADA ORGANISASI PEMUDA ATAU MAHASIWA

I. PENDAHULUAN

  Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di institusi pendidikan (Perguruan Tinggi atau sekolah), saat ini sudah menjadi keharusan alaupun tidak ada yang mewajibkan, karena penerapan TIK dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan suatu institusi pendidikan. Cepat atau lambat, pada akhirnya institusi pendidikan akan terkait dalam suatu komunitas yang menuntut untuk mengadopsi penerapan TIK.
E-learning (electronic learning) adalah salah satu aspek penerapan TIK di institusi pendidikan. E-learning didefinisikan sebagai penyampaian konten pembelajaran atau pengalaman belajar secara elektronik mengunakan komputer dan media berbasis komputer (Smaldino, 2005). Menurut konvensi internasional (Davidson et.al, 2006), konten pembelajaran dapat didistribusikan melalui web atau melalui CD/DVD. Selain konten pembelajaran, Smaldino (2005) menyatakan bahwa e-learning dapat memonitor performa mahasiswa.
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa elearning merupakan penyampaian konten pembelajaran secara elektronik yang disistribusikan melalui web (Internet dan/atau Internet) atau melalui CD/DVD (offline) dan ada komponen evaluasi yang melekat di dalamnya.
Apabila e-learning menjadi bagian atau berada di bawah payung distance learning (Pass & Creech, 2008) dimana tidak ada tatap muka antara dosen dan mahasiswa (student centered), sedangkan PT non Universitas Terbuka menuntut tatap muka (teacher centered), berarti terjadi suatu paradoks. Namun demikian, kedua paradigma ini tidak perlu dipertentangkan, tetapi bersifat komplemen. Keduanya dapat dikombinasikan menjadi blended learning (Rosenberg, 2006).
Paradigma ini mengkombinasikan keunggulan tatap muka di kelas dan keunggulan pembelajaran online untuk memberikan hasil terbaik. Dari pengertian dan perspektif tersebut, e-learning tidak sekedar mengupload bahan ajar ke Internet atau melakukan konten pembelajaran, tetapi lebih merupakan rekontektualisasi dan rekonseptualisasi proses pembelajaran ke dalam paradigma baru, pedagogi digital. Pradigma ini memiliki implikasi pada perubahan kultur pembelajaran konvensional ke kultur e-learning.
Penyediaan infrastruktur teknologi dan pelatihan SDM sama sekali belum menjamin keberhasilan e-learning, kultur organisasi dan faktor leadership memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan e-learning. Kita harus mempertimbangkan rekomendasi Rosenberg (2006) yang mengatakan: “when great technology meets poor culture, the culture wins everytime.” Oleh sebab itu untuk dalam pengembangan e-learning diperlukan strategi yang baik dan komprehensif.

II. ISI

   Mobile Learning merupakan model pembelajaran yang dilakukan antar tempat atau lingkungan dengan menggunakan teknologi yang mudah dibawa pada saat pembelajar berada pada kondisi mobile/ponsel. Dengan berbagai potensi dan kelebihan yang dimilikinya, Mobile Learning diharapkan akan dapat menjadi sumber belajar alternatif yang  dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses dan hasil belajar peserta didik di Indonesia di masa datang. Program mobile learning yang dimaksud dalam tulisan ini adalah program media pembelajaran berbasis ponsel/HP/mobile yang terdapat pada situs m-edukasi.net.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di dalam dunia pendidikan terus berkembang dalam berbagai strategi dan pola, yang pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam sistem e-Learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan perangkat elektronik dan media digital, maupun mobile learning (m-learning) sebagai bentuk pembelajaran yang khusus memanfaatkan perangkat dan teknologi komunikasi bergerak.
Tingkat penetrasi perangkat bergerak yang sangat tinggi, tingkat penggunaan yang relatif mudah, dan harga perangkat yang semakin terjangkau, dibanding perangkat komputer personal, merupakan faktor pendorong yang semakin memperluas kesempatan penggunaan atau penerapan mobile learning sebagai sebuah kecenderungan baru dalam belajar, yang membentuk paradigma pembelajaran yang dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun.
Mobile Learning didefinisikan oleh Clark Quinn (Quinn 2000) sebagai : “The intersection of  mobile computing and e-learning : accessible resources wherever you are, strong search capabilities, rich interaction, powerful support for effective   learning, and performance-based assessment. E-Learning independent of location in   time or space”. Berdasarkan definisi tersebut maka mobile learning merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Pada konsep pembelajaran tersebut mobile learning membawa manfaat ketersediaan materi ajar yang dapat di akses setiap saat dan visualisasi materi yang menarik. Istilah M-Learning atau Mobile Learning merujuk pada penggunaan perangkat genggam seperti PDA, ponsel, laptop dan perangkat teknologi informasi yang akan banyak digunakan dalam belajar mengajar, dalam hal ini kita fokuskan pada perangkat handphone (telepon genggam). Tujuan dari pengembangan mobile learning sendiri adalah proses belajar sepanjang waktu (long life learning), siswa/mahasiswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran, menghemat waktu karena apabila diterapkan dalam proses belajar maka mahasiswa tidak perlu harus hadir di kelas hanya untuk mengumpulkan tugas, cukup tugas tersebut dikirim melalui aplikasi pada mobile phone yang secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas proses belajar itu sendiri.
Dari ilustrasi tersebut di atas, setidak-tidaknya dapat diambil tiga hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar Mobile Learning, yaitu : a) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (jaringan dalam uraian ini dibatasi pada penggunaan internet), jaringan dapat saja dengan LAN atau WAN; b) tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya ponsel/HP, atau bahan cetak; dan c) tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan.


III. KESIMPULAN

  
Pengembangan e-learning di institusi pendidikan melibatkan banyak faktor dalam organisasi, yaitu infrastruktur teknologi, sumber daya manusia, dan lingkungan yang mencakup kepemimpinan dan kultur. Model Mobile Learning merupakan manifestasi dari kesiapan seluruh komponen organisasi untuk mengadopsi e-learning.
Model Mobile Learning tidak hanya untuk mengukur tingkat kesiapan institusi untuk mengimplemantasikan e-learning. Tetapi yang lebih penting adalah dapat mengungkap faktor atau area mana masih lemah dan memerlukan perbaikan dan area mana sudah dianggap berhasil atau kuat dalam mendukung implementasi e-learning.
Model Mobile Learning pada tahap analisis digunakan untuk menyusun materi kebutuhan yang menjadi base line untuk tahap desain, pengembangan, dan implementasi. Pada tahap evaluasi, model Mobile Learning digunakan untuk mengukur keberhasilan dan menentukan prestasi untuk proses perbaikan pada periode berikutnya.


IV. DAFTAR PUSTAKA


http://www.projekti.hr/articles

http://www.insyl.unisa.edu.au/publications/workingpapers/200605.pdf

1 komentar:

  1. WinStar World Casino and Resort
    Find the Best 태백 출장안마 Rates on WinStar World Casino and Resort. Click 동두천 출장마사지 to enjoy our 24/7 customer 광주광역 출장샵 service and online booking. Find 아산 출장안마 the 과천 출장샵 Latest Online  Rating: 5 · ‎25 reviews · ‎Price range: $

    BalasHapus